TpM8TpY5GSM5BSA5TpzoGUYlTi==

Slider

Hakikat Belajar: Eksplorasi Komprehensif Konsep, Prinsip, dan Faktor Teoritis

Kajian komprehensif tentang hakikat belajar berdasarkan teori psikologi pendidikan, mencakup definisi, unsur, hierarki, prinsip, dan faktor yang memengaruhinya.


Prolog


Memahami hakikat belajar adalah esensial bagi pendidik profesional yang bertujuan untuk meningkatkan instruksi. Belajar adalah proses krusial yang mendasari perubahan perilaku setiap orang dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan individu. Proses ini memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, bahkan persepsi seseorang. Dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu menjelaskan aktivitas psikologis yang kompleks. Kajian ini akan secara komprehensif mengulas konsep belajar berdasarkan berbagai teori psikologi pendidikan, yang mencerminkan otoritas (Authority) dan keahlian (Expertise) dalam disiplin ilmu terkait.


Pembahasan


1. Pengertian Belajar


Konsep belajar telah didefinisikan secara beragam oleh para pakar psikologi, tetapi umumnya memuat unsur perubahan perilaku yang relatif permanen akibat pengalaman.


• Gage dan Berliner (1983) mendefinisikan belajar sebagai proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.


• Morgan et al. (1986) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.


• Slavin (1994) menyebut belajar sebagai perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.


• Gagne (1977) mendefinisikannya sebagai perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, di mana perubahan perilaku tersebut tidak berasal dari proses pertumbuhan.


Penting untuk dicatat bahwa perubahan perilaku akibat faktor kematangan (misalnya kemampuan berjalan atau berbicara pada manusia) atau pengaruh zat kimia/obat-obatan tidak dianggap sebagai hasil belajar.


2. Unsur-unsur Belajar


Dari berbagai definisi, konsep belajar mengandung tiga unsur utama:


1. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. Perilaku ini dapat berupa perilaku yang tampak (overt behavior), seperti berbicara, menulis, atau mengerjakan matematika, atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior), seperti berpikir dan bernalar. Perubahan ini mengacu pada penguasaan materi pembelajaran dan kecenderungan sikap atau nilai-nilai.


2. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Pengalaman di sini dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial.


3. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. Perubahan ini dapat berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun.


Secara sistematis, Gagne (1977) melihat belajar sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling terkait. Unsur-unsur tersebut meliputi: Peserta didik (yang memiliki organ penginderaan dan otak untuk memproses informasi), Stimulus (rangsangan), Proses internal (transformasi hasil penginderaan ke dalam memori), dan Perubahan perilaku atau kinerja (performance).


3. Hasil Belajar


Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar yang diharapkan dirumuskan dalam tujuan pembelajaran—deskripsi tentang perubahan perilaku atau produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi (Gerlach & Ely, 1980, seperti dikutip dalam).


Meskipun pengukuran hasil belajar rumit karena bersifat psikologis, Benyamin S. Bloom, Krathwohl, dan Masia (1971; 2010; 2013) menetapkan tiga taksonomi ranah tujuan pembelajaran:


1. Ranah Pengetahuan (Kognitif): Menekankan aspek intelektual. Tingkatannya bersifat hirarkis, mulai dari Mengingat (knowing/remembering) hingga Mencipta (creating).


2. Ranah Sikap (Afektif): Berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategorinya meliputi Menerima (accepting) hingga Mengamalkan (characterizing/actualizing).


3. Ranah Keterampilan (Psikomotorik): Berkaitan dengan kemampuan fisik dan koordinasi syaraf. Keterampilan dibagi menjadi abstrak (Dyers, 2011) dan konkret (Simpson, 1972). Simpson membagi tingkatannya dari Persepsi (perception) hingga Menjadi gerakan orisinal (origination).


4. Hierarki Belajar


Gagne (1977) menyusun delapan hierarki tugas belajar berdasarkan hasil penelitian psikologis, yang dipandang sebagai tahapan yang saling mendasari. Keberhasilan pada tingkat yang lebih tinggi mensyaratkan penguasaan tingkat yang lebih rendah.


Delapan hierarki tersebut adalah:


1. Belajar Tanda (Signal Learning): Mirip dengan respons bersyarat (Pavlov).


2. Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning): Hubungan stimulus dengan respon yang didasarkan pada penguatan (reinforcement).


3. Jalinan Psikomotorik (Chaining): Rangkaian gerakan motorik yang dilakukan secara berurutan.


4. Jalinan Verbal (Verbal Chaining): Menghubungkan kata dengan objek, seperti merangkai suku kata menjadi kalimat.


5. Belajar Membedakan Jamak (Discrimination Learning): Kemampuan membeda-bedakan objek berdasarkan ciri fisik melalui pengamatan (persepsi).


6. Belajar Konsep (Concept Learning): Mengidentifikasi objek berdasarkan gambaran yang terinternalisasi (konsep konkret vs. konsep definisi).


7. Belajar Kaidah (Rule Learning): Jalinan antara dua konsep atau lebih (misalnya: Jika A, maka B).


8. Pemecahan Masalah (Problem Solving): Menghasilkan prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah baru, dengan cara menghubungkan beberapa kaidah menjadi kaidah yang lebih tinggi (higher order rule).


5. Prinsip-prinsip Belajar


Prinsip belajar mencakup kondisi eksternal dan internal yang memengaruhi proses belajar.


A. Prinsip Tradisional (Kondisi Eksternal) (Gagne):


• Keterdekatan (Contiguity): Situasi stimulus harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respons yang diinginkan.


• Pengulangan (Repetition): Situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang agar belajar meningkat dan retensi membaik.


• Penguatan (Reinforcement): Belajar sesuatu yang baru diperkuat apabila hasil yang dicapai menyenangkan.


B. Prinsip Internal (Gagne):


Prinsip ini adalah kondisi yang harus ada pada diri pembelajar sebelum melakukan kegiatan belajar baru:


• Informasi Faktual (Factual Information): Informasi verbal yang telah dimiliki dan disimpan dalam memori.


• Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill): Berbagai cara untuk mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan simbol-simbol.


• Strategi (Strategy): Pengaktifan strategi belajar dan mengingat, yang penting untuk memecahkan masalah secara kreatif.


C. Prinsip Humanistik (Maslow & Rogers):


Dalam pandangan humanistik, yang berfokus pada hasil afektif, kreativitas, dan potensi peserta didik, prinsip-prinsip ini ditekankan:


• Swa Arah (Self-Direction): Peserta didik harus memiliki kesempatan mengarahkan belajarnya sendiri.


• Belajar tentang Cara-cara Belajar (Learning How to Learn): Memprioritaskan bagaimana cara belajar dibandingkan perolehan pengetahuan aktual.


• Evaluasi Diri (Self-Evaluation): Evaluasi yang dilakukan oleh peserta didik sendiri sangat bermanfaat bagi perkembangan kemandirian.


• Pentingnya Perasaan (Important of Feelings): Domain kognitif dan afektif adalah satu kesatuan, dan belajar merasakan sama pentingnya dengan belajar berpikir.


• Bebas dari Ancaman (Freedom of Threat): Belajar akan lebih mudah dan bermakna jika terjadi dalam suasana yang bebas dari ancaman dan nyaman.


6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Belajar


Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal peserta didik.


A. Kondisi Internal:


• Fisik: Kesehatan organ tubuh (misalnya, kesulitan membedakan warna akan menghambat belajar melukis).


• Psikis: Kemampuan intelektual dan emosional (misalnya, motivasi rendah atau ketegangan emosional dapat menghambat persiapan dan proses belajar).


• Sosial: Kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.


B. Kondisi Eksternal:


• Lingkungan Pembelajaran: Variasi dan tingkat kesulitan materi belajar (stimulus), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar masyarakat.


• Kualitas Pembelajaran: Belajar yang berhasil mensyaratkan pendidik memperhatikan kemampuan internal peserta didik dan menyediakan situasi eksternal yang bervariasi.


C. Faktor Motivasi (Internal/Eksternal):


• Sikap (Attitude): Kombinasi konsep, informasi, dan emosi yang membentuk predisposisi untuk merespon secara menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sikap adalah produk dari kegiatan belajar dan dapat dimodifikasi.


• Kebutuhan (Needs): Kondisi internal yang memandu peserta didik mencapai tujuan. Kebutuhan mengikuti hierarki Maslow, di mana kebutuhan yang lebih rendah (misalnya rasa aman, cinta) harus dipenuhi sebelum kebutuhan pertumbuhan (misalnya aktualisasi diri) dapat mendorong perilaku secara optimal.


• Rangsangan (Arousal): Perubahan persepsi yang membuat seseorang aktif dan mempertahankan perhatian (misalnya, kebaharuan atau keunikan stimulus).


• Afeksi (Affection): Pengalaman emosional—kecemasan, kepedulian, pemilikan—yang memotivasi perilaku. Afeksi positif dapat mendorong belajar keras.


• Kompetensi (Competence): Keinginan alami untuk berinteraksi dan menguasai lingkungan secara efektif. Kesadaran akan kemajuan belajar (melalui balikan) sangat memotivasi.


• Penguatan (Reinforcement): Peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respons (positif atau negatif). Penguat positif, seperti pujian atau hadiah akademik, dinyatakan sebagai variabel penting dalam pembelajaran.


7. Jenis-jenis Belajar dan Kondisinya


Gagne (1979; 1981) mengklasifikasikan jenis belajar berdasarkan variasi kemampuan yang dipelajari.


Jenis Belajar (Learned Capabilities) Fokus/Deskripsi Kondisi Internal Kondisi Eksternal
Informasi Verbal Kemampuan menyampaikan fakta, peristiwa, atau gagasan dalam bentuk lisan atau tertulis. Perolehan dan penyimpanan informasi baru harus berkaitan dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya. Komunikasi verbal, gambar, atau petunjuk lain yang merangsang ingatan pembelajar tentang informasi yang telah dimiliki.
Kemahiran Intelektual Kemampuan berinteraksi dengan lingkungan menggunakan simbol-simbol (diskriminasi, konsep, kaidah, prinsip). Mengingat kemampuan yang berada di bawahnya dalam hierarki (prasyarat). Menyajikan contoh relevan dan tidak relevan (untuk konsep konkret); komunikasi verbal (untuk kaidah/aturan).
Strategi Kognitif Keterampilan mengelola belajar, mengingat, dan berpikir; digunakan untuk memecahkan masalah secara kreatif. Memiliki berbagai strategi kognitif untuk memecahkan masalah. Masalah baru yang bersifat umum dan memunculkan berbagai alternatif pemecahan masalah (belajar diskoveri).
Keterampilan Motorik Gerakan motorik terorganisir yang bersifat otomatis dan fleksibel (misalnya menyetir mobil, melempar bola). Penguasaan bagian-bagian gerakan dan jalinan antar gerakan. Perbaikan ketepatan, kecepatan, dan kualitas melalui pengulangan, penguatan, dan balikan.
Sikap Kecenderungan mental yang memengaruhi pilihan untuk bertindak (positif atau negatif). Menghormati atau mengidentifikasi dengan model (modeling), serta pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku model. Penyajian model, demonstrasi, deskripsi perilaku yang diinginkan, dan demonstrasi kepuasan atas hasil perilaku.


Epilog


Hakikat belajar merupakan jantung dari psikologi pendidikan, yang melibatkan proses perubahan perilaku yang kompleks dan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor internal dan eksternal. Dari perspektif Gagne, belajar dipandang secara hierarkis, menggarisbawahi pentingnya penguasaan dasar sebelum mencapai pemecahan masalah tingkat tinggi. 

Sementara itu, teori humanistik menekankan dimensi afektif, otonomi, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri (Maslow, Rogers), menyoroti bahwa belajar harus bebas dari ancaman dan diprakarsai oleh diri sendiri. Penggunaan prinsip-prinsip belajar yang didukung oleh teori-teori ini—baik yang bersifat behavioristik (penguatan) maupun kognitif (strategi dan konteks)—memungkinkan pendidik untuk merancang kegiatan yang lebih efektif dan bermakna, membantu peserta didik mencapai hasil yang optimal dalam ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan.


Bibliografi


Ausubel, D. P. (1963). The psychology of meaningful verbal learning: An introduction to school learning. New York: Grune & Stratton. 

Ausubel, D. P. (1968). Educational psychology: A cognitive view. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Bandura, A. (n.d.). Social Learning Theory. Prentice-Hall Series in Social Learning Theory. 

Bloom, B. S. (1976). Human characteristics and school learning. New York: McGraw-Hill. 

Bloom, B. S. (n.d.). Taxonomy of Educational Objectives, Handbook 1 Cognitive Domain. 

Brown, H. D. (1987). Principles of language teaching and learning (2nd ed.). Englewood Cliffs, NY: Prentice-Hall. 

Bruner, J. (1960). The process of education.

Chandler, P., & Sweller, J. (1991). Cognitive load theory and the format of instruction. Cognition & Instruction, 8, 293-240.

Erikson, E. (1963). Childhood and society (2nd ed.). New York: Norton.


Maslow, A. H. (1970). Motivation and personality (2nd ed.). New York: Harper & Row. 

Pavlov, I. P. (1923). Lectures on conditioned reflexes. Piaget, J. (1936). Les origines de l’intelligence chez l’enfant. Paris: Alcan.


Santrock, J. W. (2008). A topical approach to lifespan development. New York, NY: McGraw-Hill Inc. 

Schunk, D. H. (2012). Learning theories: an educational perspective (6th ed.). Boston: Pearson Education. 

Slavin, R. E. (2006). Educational Psychology: Theory and Practice (8th ed.). 

Thorndike, E. L. (1906). The principles of teaching based on psychology. New York: A. G. Seiler. Trow, W. C. (n.d.). 

Wood, K. C., Smith, H., & Grossniklaus, D. (2001). Piaget's stages of cognitive development. In M. Orey (Ed.).

0Komentar

Special Ads
© Copyright - pamong.id
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.