Latih kemampuan Pemahaman Inferensial Anda untuk TKA Bahasa Indonesia SMA/SMK! Simak 10 soal pilihan ganda lengkap dengan pembahasan mendalam dari materi kelas X-XII.
![]() |
Ilustrasi Soal TKA Bahasa Indonesia SMA/SMK. (Image by Tim from Pixabay) |
PAMONG.ID | Kanal Pendidik Indonesia - Selamat datang di artikel yang dirancang khusus untuk mengasah kemampuan literasi dan berpikir kritis Anda, khususnya dalam menghadapi Tes Kemampuan Akademik (TKA) Bahasa Indonesia. Dalam kerangka asesmen TKA, salah satu kompetensi yang diuji adalah Pemahaman Inferensial. Kompetensi ini menantang peserta didik untuk memahami informasi yang tersirat atau tidak disebutkan secara eksplisit dalam teks, serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti pendukung yang ada. Ini bukan sekadar mengingat fakta, melainkan menganalisis dan menghubungkan berbagai bagian teks.
Menurut Matriks Asesmen Bahasa Indonesia, kompetensi Pemahaman Inferensial mencakup dua subkompetensi utama:
1. Menyimpulkan ide pokok, gagasan pendukung, tokoh, peristiwa, latar, konflik, atau nilai-nilai dalam teks.
2. Menjelaskan hubungan makna antarkalimat dan/atau antarparagraf dalam teks.
Kesepuluh soal TKA yang disajikan di sini mengadopsi format soal yang umumnya digunakan (seperti Pilihan Ganda/PG) dan bersumber dari eksplorasi materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas X, XI, dan XII. Latihan ini akan membantu Anda tidak hanya menguasai materi, tetapi juga meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang sangat diperlukan dalam asesmen. Mari kita mulai menguji kemampuan inferensial Anda!
10 Soal TKA Bahasa Indonesia untuk Kompetensi Pemahaman Inferensial
Teks untuk Soal Nomor 1
Lelahmu jadi lelahku juga. Bahagiamu, bahagiaku pasti. Berbagi, takdir kita selalu. Kecuali tiap kau jatuh hati. Kali ini hampir habis dayaku. Membuktikan kepadamu ada cinta yang nyata. Setia, hadir setiap hari. Tak tega biarkan kau sendiri. Meski sering kali kau malah asyik sendiri. Karena kau tak lihat. Terkadang malaikat tak bersayap, Tak cemerlang, tak rupawan. Namun kasih ini, silakan kau adu. Malaikat juga tahu. Aku kan jadi juaranya. (Dikutip dari puisi "Malaikat Juga Tahu" karya Dee Lestari, Kelas XI)
Soal 1
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menyimpulkan nilai-nilai dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda (PG)
Nilai kehidupan yang paling kuat disiratkan penulis dalam puisi tersebut adalah nilai...
A. kepasrahan karena takdir
B. kesetiaan tanpa pamrih
C. keberanian dalam menghadapi tantangan
D. kebahagiaan sejati
E. perjuangan melawan rasa sepi
Kunci Jawaban: B
Pembahasan: Kompetensi Pemahaman Inferensial meminta Anda menyimpulkan nilai-nilai yang terkandung dalam teks. Puisi ini secara tersirat menggambarkan kasih sayang yang tulus dan tidak menuntut balasan ("Lelahmu jadi lelahku juga," "Setia, hadir setiap hari," "Namun kasih ini, silakan kau adu"). Kesetiaan ini ditegaskan meskipun pihak yang dikasihi sering "asyik sendiri". Oleh karena itu, nilai yang paling menonjol adalah kesetiaan tanpa pamrih.
Teks untuk Soal Nomor 2
Ketahanan pangan Indonesia terbukti berkelanjutan secara sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan jika dibangun dengan basis sumber daya lokal. Keyakinan tersebut sudah mengemuka sejak tahun 1980-an, bahkan ketika ketahanan pangan nasional akhirnya bergantung hanya pada beberapa komoditas, utamanya beras sebagai sumber karbohidrat. Tidak dapat kita pungkiri bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar. Di tengah bukti-bukti terjadinya perubahan iklim, sudah saatnya kita menaruh perhatian pada sumber pangan lokal untuk menjamin keberlanjutan hidup kita. (Dikutip dari "Ketahanan Pangan Lokal," Kelas XI)
Soal 2
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menyimpulkan ide pokok dan gagasan pendukung dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda (PG)
Berdasarkan keseluruhan argumen yang disampaikan, inferensi yang paling tepat mengenai tujuan utama penulis adalah...
A. Mendorong pemerintah melakukan replikasi kebijakan pangan masa lalu.
B. Memastikan bahwa ketahanan pangan harus bergantung pada komoditas utama beras.
C. Mendesak adanya pergeseran fokus kebijakan pangan nasional ke pemanfaatan sumber daya lokal.
D. Mengkritik kegagalan kebijakan pangan tahun 1980-an yang hanya bergantung pada beras.
E. Menekankan pentingnya kekayaan hayati Indonesia tanpa mengaitkannya dengan ketahanan pangan.
Kunci Jawaban: C
Pembahasan: Paragraf tersebut memuat pernyataan faktual bahwa ketahanan pangan berkelanjutan harus berbasis sumber daya lokal. Kalimat penutup paragraf menyimpulkan seruan implisit penulis: "sudah saatnya kita menaruh perhatian pada sumber pangan lokal untuk menjamin keberlanjutan hidup kita". Ini menyiratkan urgensi untuk mengubah atau menggeser kebijakan pangan yang dominan berorientasi beras menuju diversifikasi pangan lokal.
Teks untuk Soal Nomor 3
Enam puluh tahun yang lalu ketika bersekolah, dinding ruang kelasnya digantungi gambar para pahlawan. Juga para tokoh bangsa. Tentu saja mereka telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagi bangsanya. Mardanu juga tahu dari cerita orang-orang, pamannya sendiri adalah seorang pejuang yang gugur di medan perang kemerdekaan. Orang-orang sering memuji mendiang paman. Cerita tentang sang paman kemudian dikembangkan sendiri oleh Mardanu menjadi bayangan kepahlawanan; seorang pejuang muda dengan bedil bersangkur, ikat kepala pita merah-putih, maju dengan gagah menyerang musuh, lalu roboh ke tanah dan gugur sambil memeluk bumi pertiwi. (Dikutip dari cerpen "Lelaki yang Menderita bila Dipuji" karya Ahmad Tohari, Kelas XII)
Soal 3
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menyimpulkan tokoh dan nilai-nilai dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda (PG)
Inferensi yang dapat ditarik mengenai dampak pujian terhadap paman Mardanu adalah...
A. Pujian tersebut memotivasi Mardanu untuk menjadi pejuang kemerdekaan.
B. Pujian tersebut menciptakan standar ideal kepahlawanan yang membebani pikiran Mardanu.
C. Mardanu merasa bangga karena memiliki paman seorang tokoh bangsa yang dipuji.
D. Mardanu tidak menyukai pujian karena paman Mardanu meninggal di medan perang.
E. Cerita paman menjadi inspirasi bagi Mardanu untuk menggantung gambar pahlawan di kelas.
Kunci Jawaban: B
Pembahasan: Teks ini mendeskripsikan bagaimana paman Mardanu dipuji ("Orang-orang sering memuji mendiang paman") dan bagaimana Mardanu kemudian mengimajinasikan paman tersebut sebagai sosok yang sangat heroik ("maju dengan gagah menyerang musuh, lalu roboh ke tanah"). Dalam konteks cerita keseluruhan (yang menyebutkan Mardanu menderita bila dipuji), dapat disimpulkan secara inferensial bahwa standar kepahlawanan yang diidealkan akibat pujian itu justru menjadi beban psikologis bagi Mardanu, bukan sekadar kebanggaan.
Teks untuk Soal Nomor 4
Dalam suatu rapat OSIS SMA, ketua OSIS meminta usulan mengenai kegiatan untuk peringatan ulang tahun sekolah. Rico mengusulkan pentas seni musik. Siti dan beberapa teman tidak setuju, dan lebih mengusulkan kegiatan pertandingan olahraga antarsekolah. Keduanya saling memberikan pendapat dan alasan masing-masing. Fadli mencoba menengahi. Ia mengusulkan agar OSIS mengadakan pertandingan olahraga antarsekolah sebelum peringatan ulang tahun sekolah, namun puncak perayaan hari ulang tahun dirayakan dengan pentas seni musik. Usul tersebut disetujui Rico dan Siti. (Diadaptasi dari materi Menulis Teks Negosiasi, Kelas X)
Soal 4
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menyimpulkan konflik atau peristiwa dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda (PG)
Konteks masalah yang mendasari konflik dalam teks negosiasi di atas adalah...
A. Perbedaan pendapat mengenai waktu pelaksanaan acara ulang tahun sekolah.
B. Kegagalan OSIS dalam menentukan anggaran untuk perayaan.
C. Kebutuhan untuk menyeimbangkan kepentingan yang saling bertentangan dalam pemilihan jenis kegiatan.
D. Kurangnya partisipasi anggota OSIS dalam mengajukan ide acara.
E. Penolakan panitia terhadap ide pentas seni yang diajukan Rico.
Kunci Jawaban: C
Pembahasan: Teks tersebut menjelaskan bahwa Rico mengusulkan pentas seni, sementara Siti mengusulkan pertandingan olahraga. Konflik inti muncul dari dua kepentingan yang berbeda (Pentas Seni versus Pertandingan Olahraga). Tugas Fadli sebagai mediator adalah mencari solusi yang menyeimbangkan atau mengakomodasi kedua kepentingan tersebut, yang pada akhirnya disepakati. Ini menunjukkan masalahnya adalah menemukan keseimbangan dari ide yang berbeda.
Teks untuk Soal Nomor 5
Suatu ketika, Mohammad Hatta sedang memimpin rapat penting. Ia merasa lapar namun menolak amplop berisi uang saku yang diberikan oleh salah seorang pejabatnya, Sumarno. Sumarno merasa bahwa Hatta adalah seorang wakil presiden yang sangat sibuk dan membutuhkan uang saku untuk membeli makanan. Namun, Hatta menolak uang tersebut karena ia tidak mau mengambil uang yang bukan haknya dan khawatir uang itu memiliki kepentingan terselubung. Kejujuran Hatta ini menjadi legenda di kalangan para pejabat. (Diadaptasi dari Teks Rekon Mohammad Hatta, Kelas X)
Soal 5
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menyimpulkan peristiwa, tokoh, dan nilai-nilai dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda (PG)
Makna tersirat yang dapat disimpulkan dari tindakan Mohammad Hatta menolak "uang saku" dari pejabat adalah...
A. Mohammad Hatta tidak membutuhkan uang saku karena ia sudah memiliki penghasilan yang cukup sebagai wakil presiden.
B. Hatta menunjukkan komitmen teguh terhadap integritas moral dan prinsip anti-korupsi di hadapan bawahannya.
C. Hatta merasa tersinggung karena pejabat Sumarno meragukan kemampuan Hatta untuk membeli makanannya sendiri.
D. Hatta ingin mengajarkan pejabat lain pentingnya hidup sederhana.
E. Hatta khawatir uang itu berasal dari anggaran negara yang tidak terpakai (sisa proyek).
Kunci Jawaban: B
Pembahasan: Meskipun Hatta lapar, ia menolak uang tersebut karena "tidak mau mengambil uang yang bukan haknya dan khawatir uang itu memiliki kepentingan terselubung". Penolakan ini dilakukan di depan pejabatnya. Secara inferensial, tindakan ini adalah penegasan sikap dan prinsip integritas seorang pemimpin, yang diharapkan dapat menjadi teladan bagi lingkungan kerjanya, sehingga kisah ini menjadi "legenda".
Teks untuk Soal Nomor 6
Paragraf 1: Ia kerap berlatih olahraga. Sehingga wajar badannya sehat. Paragraf 2: Ia kerap berlatih olahraga. Oleh karena itu, wajar badannya sehat.
Soal 6
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menjelaskan hubungan makna antarkalimat dan/atau antarparagraf dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda (PG)
Perbaikan hubungan makna yang terlihat pada Paragraf 2 dibandingkan Paragraf 1 mencerminkan...
A. Perubahan hubungan pertentangan menjadi hubungan perbandingan.
B. Perubahan penggunaan konjungsi intrakalimat menjadi konjungsi antarkalimat yang sesuai.
C. Penghilangan konjungsi yang salah dan penggantiannya dengan konjungsi urutan waktu.
D. Penyesuaian ejaan kata serapan dari bahasa asing.
E. Penggunaan konjungsi sebab-akibat yang salah menjadi konjungsi tambahan yang tepat.
Kunci Jawaban: B
Pembahasan: Paragraf 1 salah karena menggunakan konjungsi sehingga (konjungsi intrakalimat) untuk mengawali kalimat. Paragraf 2 memperbaiki kesalahan ini dengan menggunakan Oleh karena itu, yang merupakan konjungsi antarkalimat dan tepat digunakan untuk memulai kalimat baru, sambil tetap menjaga hubungan sebab-akibat (inferensi) antar gagasan.
Teks untuk Soal Nomor 7
Kunang-kunang merupakan jenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan dari “sinar dingin” yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah.
Soal 7
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menjelaskan hubungan makna antarkalimat dan/atau antarparagraf dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda (PG)
Hubungan makna antara kalimat pertama dan kalimat kedua pada kutipan teks Laporan Hasil Observasi (LHO) tersebut adalah...
A. Kalimat kedua menjelaskan fakta terjadinya peristiwa yang diulas pada kalimat pertama.
B. Kalimat kedua memberikan contoh konkret dari definisi yang disajikan pada kalimat pertama.
C. Kalimat kedua berfungsi sebagai penegas ide pokok sebelum memasuki bagian deskripsi umum.
D. Kalimat kedua memberikan deskripsi detail mengenai karakteristik fenomena yang didefinisikan pada kalimat pertama.
E. Kalimat kedua menyajikan opini berdasarkan fakta yang terdapat pada kalimat pertama.
Kunci Jawaban: D
Pembahasan: Kalimat pertama adalah kalimat definisi (Kunang-kunang merupakan jenis serangga...). Kalimat kedua menjelaskan bagaimana cara cahaya itu dihasilkan (Cahaya ini dihasilkan dari “sinar dingin”). Dalam konteks LHO, kalimat kedua berfungsi sebagai deskripsi bagian atau deskripsi umum untuk memperjelas fenomena yang didefinisikan sebelumnya, yakni karakteristik cahaya yang dikeluarkan kunang-kunang.
Teks untuk Soal Nomor 8
Pernyataan 1: Kewirausahaan memerlukan modal uang. Pernyataan 2: Peserta FIKSI adalah para wirausaha. Kesimpulan Pembuat Informasi: Peserta FIKSI adalah orang-orang yang memiliki modal uang. (Dikutip dari materi Kewirausahaan, Kelas XII)
Soal 8
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menyimpulkan ide pokok, gagasan pendukung, konflik, atau nilai-nilai dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda (PG)
Inferensi lanjutan yang mungkin timbul dari Kesimpulan Pembuat Informasi tersebut, dan yang dianggap sebagai bias atau tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya oleh penulis sumber, adalah...
A. Peserta FIKSI adalah wirausaha yang cerdas dalam mencari modal.
B. Peserta FIKSI adalah orang-orang yang anti terhadap modal uang.
C. Peserta FIKSI belum tentu memiliki modal uang yang besar.
D. Peserta FIKSI adalah anak-anak orang berduit alias orang kaya.
E. Modal uang adalah faktor tunggal penentu keberhasilan wirausaha.
Kunci Jawaban: D
Pembahasan: Dalam sumber, penulis memberikan contoh kesalahan penafsiran data atau bias. Kesimpulan awal (Peserta FIKSI memiliki modal uang) dapat dibiaskan lagi menjadi kesimpulan yang lebih jauh dan tidak berdasar: “peserta FIKSI adalah anak-anak orang berduit alias orang kaya”. Penulis menegaskan bahwa penafsiran seperti ini tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga ini merupakan inferensi yang bias dan keliru.
Teks untuk Soal Nomor 9
Kita tentu tidak ingin jika pada masa depan akan ada lebih banyak plastik di laut dibanding dengan ikan. Bentuk berikut ini kurang tepat: Kita tentu tidak ingin jika pada masa depan akan ada lebih banyak plastik di laut dibanding ikan.
Soal 9
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menjelaskan hubungan makna antarkalimat dan/atau antarparagraf dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda (PG)
Mengapa bentuk kalimat pertama (menggunakan dibanding dengan) dianggap tepat, sedangkan bentuk kedua (dibanding) dianggap kurang tepat dalam konteks formal?
A. Karena dibanding merupakan kata baku, sedangkan dibanding dengan merupakan kata nonbaku.
B. Karena bentuk kedua mengubah hubungan perbandingan menjadi hubungan pertentangan yang tidak logis.
C. Karena penggunaan frasa dibanding dengan menegaskan hubungan sebab-akibat yang kuat antara plastik dan ikan.
D. Karena penggunaan dibanding dengan adalah bentuk idiomatis yang baku, memastikan hubungan perbandingan (komparatif) antar frasa.
E. Karena kaidah ejaan PUEBI mengharuskan adanya kata depan dengan setelah kata kerja dibanding.
Kunci Jawaban: D
Pembahasan: Frasa dibanding dengan termasuk ke dalam bentuk idiomatis. Bentuk idiomatis adalah konstruksi kata yang sudah baku dan pasangannya tidak boleh dihilangkan. Dalam hal ini, menghilangkan kata dengan pada bentuk kedua membuat frasa tersebut menjadi kurang tepat (tidak baku), padahal frasa ini berfungsi menjelaskan perbandingan jumlah plastik di laut dan ikan.
Teks untuk Soal Nomor 10
Pendahuluan: Pendahuluan merupakan bagian yang menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Simpulan dan Saran: Simpulan harus mengacu kepada tujuan. Pada simpulan, tujuan harus terjawab dengan tegas. Hasil penelitian disampaikan apa adanya walaupun kurang sesuai dengan hipotesis awal.
Soal 10
Kompetensi: Pemahaman Inferensial
Sub Kompetensi: Menjelaskan hubungan makna antarkalimat dan/atau antarparagraf dalam teks.
Bentuk Soal: Pilihan Ganda Kompleks (PGK) Kategori
Berdasarkan struktur karya ilmiah di atas, bagaimana hubungan antara bagian Pendahuluan dan Simpulan dalam sebuah karya ilmiah? Tentukan Benar atau Salah untuk setiap pernyataan berdasarkan isi teks!
Pernyataan |
Benar |
Salah |
A. Pendahuluan memuat tujuan
penelitian yang menjadi acuan wajib untuk dijawab pada bagian simpulan. |
Benar |
|
B. Bagian simpulan berfungsi sebagai klarifikasi atas hipotesis yang
diajukan di awal pendahuluan, terlepas apakah hasil penelitian sesuai atau
tidak. |
Benar |
|
C. Pendahuluan dan
simpulan merupakan bagian yang tidak saling terkait karena simpulan hanya
memuat hasil temuan data. |
Salah |
Kunci Jawaban: A (Benar), B (Benar), C (Salah)
Pembahasan: A. Benar. Pendahuluan memuat tujuan penelitian, dan simpulan "harus mengacu kepada tujuan". Ini menunjukkan hubungan logis yang kuat. B. Benar. Meskipun hipotesis tidak disebutkan secara eksplisit di Pendahuluan, hipotesis umumnya dimuat dalam Kerangka Teoretis/Teoretis. Simpulan harus menjawab hasil yang ditemukan secara jujur ("disampaikan apa adanya walaupun kurang sesuai dengan hipotesis awal"). C. Salah. Kedua bagian saling terkait; simpulan menjawab tujuan yang disajikan di pendahuluan.
Keterampilan Pemahaman Inferensial adalah inti dari literasi kritis. Seperti yang telah kita praktikkan melalui 10 soal di atas, kemampuan ini melibatkan lebih dari sekadar mengenali informasi eksplisit. Anda harus mampu menyimpulkan pesan tersembunyi, motivasi tokoh, atau nilai-nilai. Selain itu, Anda harus piawai dalam menjelaskan hubungan logis antara ide-ide yang disajikan dalam kalimat maupun paragraf, termasuk hubungan sebab-akibat, perbandingan, atau deduksi.
Dengan terus melatih kemampuan ini menggunakan beragam jenis teks, mulai dari cerita pendek yang kompleks hingga artikel ilmiah yang terstruktur, Anda akan semakin terampil dalam menganalisis informasi secara mendalam. Ingatlah bahwa TKA Bahasa Indonesia menguji kecerdasan berbahasa Anda untuk menyerap makna, bukan hanya menghafal tata bahasa. Teruslah membaca kritis dan refleksikan makna di balik setiap teks yang Anda temui. Selamat belajar dan semoga sukses menghadapi TKA!
Daftar Bacaan
Aulia, F. T., & Gumilar, S. I. (2021). Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kemendikbudristek.
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan. (t.t.). Kerangka Asesmen Tes Kemampuan Akademik Jenjang SMA/MA/SMK/MAK/Sederajat. (Tidak dipublikasikan).
Marwati, H., & Waskitaningtyas, K. (2021). Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek.
Pusmendik Kemendikbud. (t.t.). Contoh Soal TKA Bahasa Indonesia. (Tidak dipublikasikan).
Trimansyah, B. (2022). Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kemendikbudristek.
0Komentar